Monday 10 June 2013

Symposium di IMO tentang keselamatan kapal di masa yang akan datang......SOLAS Baru?



Pendahuluan

Pada tanggal 12 – 21 Juni 2013 nanti, IMO akan menyelenggarakan sidang melelui Komite Keselamatan Maritim (Maritime Safety Committee/MSC) sesi yang ke 92. Sidang ini akan membahas berbagai issue tentang upaya meningkatkan keselamatan dan keamanan maritime.
Dari analisis berbagai kecelakaan kapal-kapal beberapa waktu terakhir, terutama kecelakaan kandasnya kapal ferry “Costa Concordia” di perairan Italia.

Masih banyak anggapan bahwa banyaknya kecelakaan tersebut diakibatkan karena ‘human factor’. Namun perlu diingat, bahwa konvensi SOLAS, sebagai pilar utama ketentuan-ketentuan untuk meningkatkan keselamatan maritime diadopsi pada tahun 1974. 37 tahun yang lalu. Memang hampir setiap tahun SOLAS selalu di amandemen, termasuk Protocol tahun 1988. Namun konstruksi kapal pada saat ini, dan permasalahan yang timbul di sector maritim selama 37 tahun memungkinkan ketentuan-ketentuan lama di SOLAS tidak lagi mampu mengakomidasikan kepentingan-kepentingan untuk meningkatkan keselamatan maritime secara effective dan efficient.
Oleh karena itu negara-negara anggota IMO sepakat untuk melaksanakan symposium 2 hari menjelang digelarnya sidang MSC sesi yang ke 92 nanti. Yang hasilnya akan diinformasikan ke sidang MSC 92 melalui dokumen MSC 92/INF.8.


Simposium 2 hari

Simposium 2 hari yaitu tanggal 10 dan 11 Juni 2013, hari ini telah digelar di gedung IMO, London, dengan sesi-sesi sebagai berikut:
• Session 1 – Future impacts on ship safety (Pengaruh masa depan pada keselamatan kapal)
Sesi ini akan menguji tren desain kapal masa kini dan pengaruhnya terhadap keselamatan kapal di masa-masa yang akan datang, dan mendiskusikan bagaimana resiko yang akan terjadi dan apa yang seharusnya menjadi penilaian (assessment). 
• Session 2 – Meeting the needs of society and the maritime industry (Diskusi antara masyarakat maritime dan industry maritime)
Sesi ini akan membahas bagaimana respon industry maritim terhadap perkumpulan2 masyarakat maritim dan perdagangan global, menguji jalan yang dapat ditempuh untuk masa yang akan datang.
• Session 3 – Driving forces on maritime safety (Tekanan-tekanan yang berpengaruh pada keselamatan maritim)
Pada sesi ini akan dilakukan diskusi tekanan-tekanan dan dorongan-dorongan secara ekonomis, lingkungan dan pengguna jasa maritim kaitannya dengan keselamatan pelayaran, dan bagaimana seharusnya desain kapal dimasa yang akan datang. Perlu disampaikan bahwa diskusi di sidang-sidang IMO, sering kepentingan industri menjadi sangat dominan dibandingkan dengan kepentingan keselamatan pelayaran.
 • Session 4 - Responding to regulatory challenges through risk assessment (Respon terhadap tantangan peraturan melalui penilaian resiko)
Pada sesi ini akan mendiskusikan ketersediaan dan kebutuhan untuk pengumpulan data dan methodology analisis untuk memberikan masukan secara ilmiah guna peningkatan mutu diskusi di sidang-sidang IMO di masa yang akan datang. 
 • Session 5 - Dealing with the human element (Pembahasan tentang elemen manusia)
Pada sesi ini akan didiskusikan bagaimana jalan yang terbaik untuk meningkatkan budaya keselamatan berdasarkan teori2 yang ada dan dalam prakteknya. 
 • Session 6 - The need for change (Perlunya perobahan)
Pada sesi ini akan dilakukan penilaian apakah perlu melakukan kajian kembali peraturan-peraturan yang ada sekarang ini dan mendiskusikan tantangan-tantangan yang ada saat ini serta masa yang akan datang, sehingga tindakan yang akan dilakukan di sidang-sidang IMO dapat lebih effective dan efficient


Tujuan symposium

 Sebagaimana diketahui, bahw pembangunan kapal pada saat ini (dan yang akan datang) cenderung mengarah pada pendekatan ilmiah dan metodhologi berbasis 'resiko' (risk based methodology). Oleh karenanya perlu kajian yang mendalam sampai sejauh mana kemajuan teknologi pembangunan kapal terhadap aspek keselamatan pelayaran. Hal ini tentunya tidak lepas dari pengaturan-pengaturan yang akan diterapkan terhadap pembangunan dan pengoperasian kapal di masa yang akan datang

Symposium 2 hari ini diikuti oleh berbagai pihak yang memiliki kepentingan terhadap pembangunan dan desain kapal, operator kapal, lembaga klasifikasi kapal-kapal, pemerintah, pendidikan pelaut dan pemengku kepentingan lain dari seluruh dunia (designers, builders, operators, regulators, class and academia) .

Symposium ini membahas aspek-aspek yang terkait dengan desain dan pembangunan kapal yang sedang trend saat ini dan yang mungkin akan ada di masa yang akan datang, yang boleh jadi sangat berpengaruh terhadap keselamatan pelayaran, sehingga perlu adanya kesamaan berfikir dan langkah ke depan dari berbagai pihak yang terkait dengan hal itu. Mulai dengan peraturan-peraturan sampai dengan aspek ekonomis, dampak lingkungan dan yang paling penting adalah keselamatan pelayaran. Diharapkan hasil symposium ini dapat digunakan sebagai bahan masukan pada sidang MSC 92 nanti.


Apakah SOLAS 1974 perlu diganti?

Pada sesi akhir symposium akan mengambil judul agenda Panel Discussion: SOLAS 74 – is it time for a new SOLAS Convention?

Mungkin saja para delegasi dari berbagai negara yang hadir pada sidang MSC sesi ke 92 nanti menyetujui untuk mengganti SOLAS 1974 dengan SOLAS yang baru. Semua itu tentunya sangat tergantung dari symposium 2 hari ini. Pada symposium ini Indonesia mungkin hanya dihadiri oleh Atase Perhubungan RI di London, yang sekaligus merangkap sebagai Wakil Perutusan tetap Indonesia di IMO. Kami berharap bisa mendapatkan up-date dari beliau tentang hasil symposium 2 hari ini. Yang jelas, KBRI London harus menyampaikan laporan 'super cepat' nya ke kantor pusat di Jakarta tentang hasil symposium agar dapat digunakan untuk pengambilan keputusan RI apabila nanti sidang MSC membahas tentang hal itu

Apabila SOLAS 1974 benar-benar akan diganti, tentunya akan dirombak secara total. Yang mungkin akan menyulitkan bagi Negara-negara adalah melakukan ratifikasi ulang. Apakah pada artikel SOLAS yang baru nanti dicantumkan bahwa negara pihak SOLAS 1974 harus meratifikasi ulang ataukah tidak perlu? Misalkan dengan menerapkan proses ‘tacit acceptance’. Walaupun hal ini merupakan hal yang belum pernah diatur dalam ketentuan-ketentuan internasional sebelumnya dan belum pernah dilakukan pada organisasi internasional yang lain, termasuk PBB (Persatuan Bangsa Bangsa)  dimana IMO adalah organisasi yang merupakan badan khusus PBB.
Mari kita lihat sampai sejauh mana partisipasi dan antisipasi pemerintah Indonesia dalam menghadapi kemungkinan perobahan yang cukup besar di sektor maritim ini……mari kita dukung duta-duta bangsa kita yang nanti ikut sidang MSC di IMO.
Bersama bapak DirjenHubla Capt. Bobby R. Mamahit
Di ruang ini symposium dilaksanakan

Menghadiri wisuda di WMU Malmo, Swedia

No comments:

Post a Comment