Sunday, 30 June 2013
Monday, 24 June 2013
Hari pelaut sedunia 2013 dengan tema “Faces of the Sea”
Besok, hari Selasa tanggal 25 Juni 2013 adalah ‘Day of Seafarers’ atau Hari Pelaut (Sedunia)…… Ini adalah tahun ke 3 diperingati setelah ditetapkannya hari pelaut sedunia tanggal 25 Juni pada konferensi diplomatic negara pihak STCW di Manila pada tahun 2010 lalu. Pada tahun ini, tema yang diambil adalah “Faces of the Sea”. Sebelum saya menulis ini, saya berfikir keras, apa ya yang dimaksud dengan tema tersebut? Tidak ketemu. Secara ‘leterlux’ kalau di bahasa Indonesia kan mungkin berarti “wajah-wajah laut” atau ‘menatap lautan’?. Tapi kok tidakmemiliki arti yang bermakna ya?
Setelah
saya membuka web-site nya IMO, saya mulai faham apa yang dimaksud. Ditulis,
bahwa para pelaut adalah pahlawan tanpa tanda jasa (unsung heroes). Lengkapnya lihat di:
Para
pelaut lah yang membawa kapal-kapal laut dari pelabuhan satu ke pelabuhan lain,
dimana 90% transportasi barang di dunia ini diangkut melalui lautan. Sebutan
pahlawan tanda jasa itu berlebihan ga ya? Karena ini berlawanan dari pendapat
masyarakat awam pada umumnya. Jarang orang awam memahami kerja pelaut itu
seperti apa. Yang orang awam tahu, bahwa pelaut itu keliling dunia, gajinya
besar………Di beberapa negara, termasuk Indonesia, malah ada sebagian masyarakat
yang ‘masih’ berfikir bahwa pelaut itu pekerjaan yang tidak baik karena
istrinya banyak, atau suka main perempuan dan suka mabok2an.
Bagi
mereka yang bekerja di sektor maritim sangat familiar sekali dengan kerja
pelaut. Terutama perusahaan pelayaran. Tapi apakah mereka memikirkan pelaut
baik dari gaji dan kesejahteraan keluarganya? Masa depannya? Padahal pelaut
adalah asset yang sangat berharga dari sebuah perusahaan pelayaran. Seperti
saya kutip dari pidatonya Sekjen IMO Mr. Sekimizu sbb:
For shipping companies, seafarers are the embodiment
of their business and they are a critical asset.
People within the maritime sector are familiar with
the role of the seafarer. However, even they may not be completely aware of the
sheer scale of effort that seafarers expend, and the physical and psychological
challenges that they face. It is our responsibility, as those that are working
within this sector and close to the seafaring community, to lead the efforts to
highlight seafarers’ importance and to thank them for what they do.
Pada
akhir sambutannya, Sekjen IMO mengingatkan bahwa dalam bisnis perkapalan,
pelaut berada di ‘garis depan’, sehingga 90% barang dapat diantar keberbagai
negara. Oleh karena itu, dengan memperingati Hari Pelaut ini, adalah merupakan
upaya memberitahukan kepada masyarakat luas diseluruh dunia, betapa penting
peran pelaut dalam ekonomi global. Betapa besar usaha dan pengorbanan yang mereka lakukan,
walaupun harus kesepian dan jauh dari keluarga dalam waktu yang cukup lama.
Berikut adalah bagian akhir sambutan Sekjen IMO yang saya maksud:
Seafarers operate on the ‘front line’ of the
shipping industry, and this year’s campaign theme, Faces of the Sea, aims to
highlight the individuals that are often unseen, but who work to deliver more
than 90% of the world’s goods. We will ask the seafarers themselves to show us
snapshots of their daily life at sea, to give them a voice and share their
story on a global stage, via social media.
This year’s theme, Faces of the Sea, aims to ensure
that the efforts and sacrifices made by seafarers, often in lonely conditions,
are recognized by the general public.
Establishing seafarers in the forefront of global
awareness will take time and is a gradual process. But Day of the Seafarer aims
to do just this, and to continue the proactive steps that are being taken by
our progressive maritime partners to ensure that our seafarers receive the
thanks, recognition and working standards that they truly deserve.
Dari
sambutan Sekjen IMO tersebut terkesan ‘hanya’ dialamatkan pada pelaut kapal
niaga. Bagaimana dengan pelaut kapal perikanan atau nelayan? Barangkali teman2
dari kapal-kapal perikanan merasa ‘jelous’ ya?
Begini,
Hari Pelaut di deklarasikan bersamaan dengan di adopsi nya STCW 1978 saat
konferensi amandemen 2010 di Manila. STCW 1978 itu sendiri lebih ditujukan bagi
pelaut kapal niaga. Tentu saja kalau nanti STCW-F diberlakukan, Sekjen IMO dan
para delegasi yang hadir pada sidang-sidang IMO akan memikirkan bahwa Hari
Pelaut bukan hanya untuk pelaut kapal niaga tetapi juga untuk para nelayan,
karena usaha dan pengorbanan para nelayan tidak kalah beratnya dengan pelaut
kapal niaga……...di laut. Ini harus menjadi pemikiran di masa yang akan datang.
Wednesday, 19 June 2013
Perhatian Sekjen IMO Mr. Koji Sekimizu terhadap Pelaut
Pada tulisan
saya sebelumnya, saya telah sampaikan bahwa pada tanggal 10 – 11 Juni 2013 yang
lalu IMO menyelenggarakan symposium. Hasil dari symposium tersebut menjadi
rekomendasi yang dibahas pada sidang MSC sesi ke 92 yang dilaksanakan tanggal
12 – 21 Juni 2013. Dalam rangka menyambut “Day of Seafarers 2013” tanggal 25
Juni yang akan datang, kiranya tulisan ini dapat menyemangati teman-teman
pelaut dan keluarganya.
Dari symposium
dihasilkan 5 rekomendasi (hal yang harus diperhatikan pada sidang MSC). Sesuai
dengan tugas saya, dari ke 5 rekomendasi tersebut, saya tertarik dengan 3
diantara rekomendasi tersebut, yang juga menjadi perhatian Sekjen IMO Mr. Koji
Sekimizu dalam briefing nya yang di muat dihalaman depan website IMO (www.imo.org). Tiga rekomendasi tersebut adalah:
1. Rekomendasi ke
3, budaya keselamatan (consider ways of
encouraging a safety culture beyond mere compliance with regulatory
requirements)
2.
Rekomendasi ke 4 dan ke 5 tentang kesulitan yang
mungkin akan dihadapi oleh para pelaut dalam mengikuti perkembangan teknologi,
serta kemungkinan stress dan kelelahan (fatigue)
bagi para pelaut dengan banyaknya beban tugas di kapal (take into account the burden any new or changing regulation(s) place on
the seafarers and consider how this burden can be minimized dan consider
undertaking a long-term comprehensive review of the existing safety regulatory
framework with a view to ensuring that it will meet the future challenges
associated with the application of new technologies, the human element, the
needs of the maritime industry and the expectations of society, taking into
account the ever-increasing pace of change and technological advancements made
since the 1974 SOLAS and the International Load Lines Conventions were adopted)
Dalam
briefingnya, Mr. Sekimizu menyampaikan beberapa hal antara lain:
·
“there is no
doubt in my mind that a safety culture that goes beyond mere compliance is
essential in the future. Ships will become more complex and, as they do, we
must move away from safety being simply a series of box-ticking exercises. That
approach is not good enough now, and the administrative burden must be reduced (tidak ada keraguan dalam pikiran saya
bahwa budaya keselamatan yang
melampaui sekedar kepatuhan,
sangat penting di masa depan. Kapal akan menjadi
lebih kompleks, dengan demikian, kita
harus merobah pola pikir bahwa keselamatan
adalah hanya hanya sekedar serangkaian
kegiatan ‘menconteng’ kotak-kotak. Pendekatan seperti
itu, sekarang tidak cukup baik, dan
beban kerja administrasi (para pelaut) harus
dikurangi).
Pernyataan ini menurut saya sangat penting karena selama ini para pelaut
nalurinya sudah tidak diasah untuk memikirkan ‘keselamatan kapal’ seperti jaman
dahulu, tetapi hanya sekedar memenuhi ketentuan administrasi, yang penting
pekerjaan ‘kertas’ (paper works)
benar, apa yang harus di centang (check list) sudah dilaksanakan, khususnya
dalam pelaksanaan ISM Code. Saya tidak anti ISM Code, tetapi pekerjaan ‘meja’
(paper work) bagi para pelaut menurut saya sudah ‘over dosis’ sehingga
mengurangi naluri pelaut untuk berfikir keselamatan. Bagi pelaut, budaya
keselamatan harus lebih di asah dan dikedepankan dibanding dengan pekerjaan
administrasi.
·
“The serious
challenge maritime training institutes are now facing is to keep up with new
technology and this must be addressed. Currently, the shipping industry
is facing serious financial difficulties but it needs to comply with
regulations for marine environment protection,” he said. “Discussion on the future must cover all
issues relating to ensuring competent seafarers free of stress and fatigue;
support for seafarers must be continuously addressed at IMO.” ("Tantangan
serius yang dihadapi oleh lembaga diklat maritim saat ini adalah bersaing dengan teknologi baru, dan ini harus diatasi. Saat ini, industri pelayaran sedang menghadapi
kesulitan keuangan yang serius tetapi perlu mematuhi peraturan untuk perlindungan lingkungan
laut" katanya. "Pembahasan di masa yang akan datang harus mencakup semua masalah yang
memastikan bahwa pelaut yang kompeten, bebas dari stres dan kelelahan (fatigue). Dukungan untuk pelaut harus terus dilanjutkan pada pertemuan-pertemuan
di IMO."
Berita lengkap
tentang briefing Sekjen IMO tersebut dapat di baca pada:
Semoga bermanfaat.
Monday, 10 June 2013
Symposium di IMO tentang keselamatan kapal di masa yang akan datang......SOLAS Baru?
Pendahuluan
Pada tanggal 12 – 21
Juni 2013 nanti, IMO akan menyelenggarakan sidang melelui Komite Keselamatan
Maritim (Maritime Safety Committee/MSC) sesi yang ke 92. Sidang ini akan
membahas berbagai issue tentang upaya meningkatkan keselamatan dan keamanan maritime.
Dari analisis berbagai
kecelakaan kapal-kapal beberapa waktu terakhir, terutama kecelakaan kandasnya
kapal ferry “Costa Concordia” di perairan Italia.
Oleh karena itu negara-negara
anggota IMO sepakat untuk melaksanakan symposium 2 hari menjelang digelarnya
sidang MSC sesi yang ke 92 nanti. Yang hasilnya akan diinformasikan ke sidang
MSC 92 melalui dokumen MSC 92/INF.8.
Simposium 2 hari
Simposium 2 hari yaitu
tanggal 10 dan 11 Juni 2013, hari ini telah digelar di gedung IMO, London, dengan
sesi-sesi sebagai berikut:
• Session 1 –
Future impacts on ship safety (Pengaruh masa depan pada keselamatan
kapal)
Sesi ini akan menguji tren
desain kapal masa kini dan pengaruhnya terhadap keselamatan kapal di masa-masa
yang akan datang, dan mendiskusikan bagaimana resiko yang akan terjadi dan apa
yang seharusnya menjadi penilaian (assessment).
• Session 2 –
Meeting the needs of society and the maritime industry (Diskusi antara
masyarakat maritime dan industry maritime)
Sesi ini akan membahas bagaimana respon industry maritim terhadap perkumpulan2 masyarakat maritim dan perdagangan global, menguji jalan yang dapat ditempuh untuk masa yang akan datang.
Sesi ini akan membahas bagaimana respon industry maritim terhadap perkumpulan2 masyarakat maritim dan perdagangan global, menguji jalan yang dapat ditempuh untuk masa yang akan datang.
• Session 3 –
Driving forces on maritime safety (Tekanan-tekanan yang berpengaruh pada
keselamatan maritim)
Pada sesi ini akan dilakukan diskusi tekanan-tekanan dan dorongan-dorongan secara ekonomis, lingkungan dan pengguna jasa maritim kaitannya dengan keselamatan pelayaran, dan bagaimana seharusnya desain kapal dimasa yang akan datang. Perlu disampaikan bahwa diskusi di sidang-sidang IMO, sering kepentingan industri menjadi sangat dominan dibandingkan dengan kepentingan keselamatan pelayaran.
Pada sesi ini akan dilakukan diskusi tekanan-tekanan dan dorongan-dorongan secara ekonomis, lingkungan dan pengguna jasa maritim kaitannya dengan keselamatan pelayaran, dan bagaimana seharusnya desain kapal dimasa yang akan datang. Perlu disampaikan bahwa diskusi di sidang-sidang IMO, sering kepentingan industri menjadi sangat dominan dibandingkan dengan kepentingan keselamatan pelayaran.
• Session
4 - Responding to regulatory challenges through risk assessment (Respon terhadap tantangan peraturan melalui
penilaian resiko)
Pada sesi ini akan mendiskusikan ketersediaan dan kebutuhan untuk pengumpulan data dan methodology analisis untuk memberikan masukan secara ilmiah guna peningkatan mutu diskusi di sidang-sidang IMO di masa yang akan datang.
Pada sesi ini akan mendiskusikan ketersediaan dan kebutuhan untuk pengumpulan data dan methodology analisis untuk memberikan masukan secara ilmiah guna peningkatan mutu diskusi di sidang-sidang IMO di masa yang akan datang.
• Session
5 - Dealing with the human element (Pembahasan
tentang elemen manusia)
Pada sesi ini akan didiskusikan bagaimana jalan yang terbaik untuk meningkatkan budaya keselamatan berdasarkan teori2 yang ada dan dalam prakteknya.
Pada sesi ini akan didiskusikan bagaimana jalan yang terbaik untuk meningkatkan budaya keselamatan berdasarkan teori2 yang ada dan dalam prakteknya.
• Session
6 - The need for change (Perlunya perobahan)
Pada sesi ini akan dilakukan penilaian apakah perlu melakukan kajian kembali peraturan-peraturan yang ada sekarang ini dan mendiskusikan tantangan-tantangan yang ada saat ini serta masa yang akan datang, sehingga tindakan yang akan dilakukan di sidang-sidang IMO dapat lebih effective dan efficient.
Tujuan symposium
Sebagaimana diketahui, bahw pembangunan kapal pada saat ini (dan yang akan datang) cenderung mengarah pada pendekatan ilmiah dan metodhologi berbasis 'resiko' (risk based methodology). Oleh karenanya perlu kajian yang mendalam sampai sejauh mana kemajuan teknologi pembangunan kapal terhadap aspek keselamatan pelayaran. Hal ini tentunya tidak lepas dari pengaturan-pengaturan yang akan diterapkan terhadap pembangunan dan pengoperasian kapal di masa yang akan datang
Symposium 2 hari ini diikuti oleh berbagai pihak yang memiliki kepentingan terhadap pembangunan dan desain kapal, operator kapal, lembaga klasifikasi kapal-kapal, pemerintah, pendidikan pelaut dan pemengku kepentingan lain dari seluruh dunia (designers, builders, operators, regulators, class and academia) .
Symposium ini membahas aspek-aspek yang terkait dengan desain dan pembangunan kapal yang sedang trend saat ini dan yang mungkin akan ada di masa yang akan datang, yang boleh jadi sangat berpengaruh terhadap keselamatan pelayaran, sehingga perlu adanya kesamaan berfikir dan langkah ke depan dari berbagai pihak yang terkait dengan hal itu. Mulai dengan peraturan-peraturan sampai dengan aspek ekonomis, dampak lingkungan dan yang paling penting adalah keselamatan pelayaran. Diharapkan hasil symposium ini dapat digunakan sebagai bahan masukan pada sidang MSC 92 nanti.
Pada sesi ini akan dilakukan penilaian apakah perlu melakukan kajian kembali peraturan-peraturan yang ada sekarang ini dan mendiskusikan tantangan-tantangan yang ada saat ini serta masa yang akan datang, sehingga tindakan yang akan dilakukan di sidang-sidang IMO dapat lebih effective dan efficient.
Tujuan symposium
Sebagaimana diketahui, bahw pembangunan kapal pada saat ini (dan yang akan datang) cenderung mengarah pada pendekatan ilmiah dan metodhologi berbasis 'resiko' (risk based methodology). Oleh karenanya perlu kajian yang mendalam sampai sejauh mana kemajuan teknologi pembangunan kapal terhadap aspek keselamatan pelayaran. Hal ini tentunya tidak lepas dari pengaturan-pengaturan yang akan diterapkan terhadap pembangunan dan pengoperasian kapal di masa yang akan datang
Symposium 2 hari ini diikuti oleh berbagai pihak yang memiliki kepentingan terhadap pembangunan dan desain kapal, operator kapal, lembaga klasifikasi kapal-kapal, pemerintah, pendidikan pelaut dan pemengku kepentingan lain dari seluruh dunia (designers, builders, operators, regulators, class and academia) .
Symposium ini membahas aspek-aspek yang terkait dengan desain dan pembangunan kapal yang sedang trend saat ini dan yang mungkin akan ada di masa yang akan datang, yang boleh jadi sangat berpengaruh terhadap keselamatan pelayaran, sehingga perlu adanya kesamaan berfikir dan langkah ke depan dari berbagai pihak yang terkait dengan hal itu. Mulai dengan peraturan-peraturan sampai dengan aspek ekonomis, dampak lingkungan dan yang paling penting adalah keselamatan pelayaran. Diharapkan hasil symposium ini dapat digunakan sebagai bahan masukan pada sidang MSC 92 nanti.
Pada sesi akhir symposium
akan mengambil judul agenda Panel Discussion: SOLAS 74 – is it time for a
new SOLAS Convention?
Mungkin saja para
delegasi dari berbagai negara yang hadir pada sidang MSC sesi ke 92 nanti
menyetujui untuk mengganti SOLAS 1974 dengan SOLAS yang baru. Semua itu
tentunya sangat tergantung dari symposium 2 hari ini. Pada symposium ini
Indonesia mungkin hanya dihadiri oleh Atase Perhubungan RI di London, yang
sekaligus merangkap sebagai Wakil Perutusan tetap Indonesia di IMO. Kami berharap
bisa mendapatkan up-date dari beliau tentang hasil symposium 2 hari ini. Yang jelas,
KBRI London harus menyampaikan laporan 'super cepat' nya ke kantor pusat di
Jakarta tentang hasil symposium agar dapat digunakan untuk pengambilan
keputusan RI apabila nanti sidang MSC membahas tentang hal itu
Apabila SOLAS 1974
benar-benar akan diganti, tentunya akan dirombak secara total. Yang mungkin
akan menyulitkan bagi Negara-negara adalah melakukan ratifikasi ulang. Apakah
pada artikel SOLAS yang baru nanti dicantumkan bahwa negara pihak SOLAS 1974
harus meratifikasi ulang ataukah tidak perlu? Misalkan dengan menerapkan proses
‘tacit
acceptance’. Walaupun hal ini merupakan hal yang belum pernah diatur dalam
ketentuan-ketentuan internasional sebelumnya dan belum pernah dilakukan pada
organisasi internasional yang lain, termasuk PBB (Persatuan Bangsa Bangsa) dimana IMO adalah organisasi yang merupakan
badan khusus PBB.
Mari kita lihat sampai
sejauh mana partisipasi dan antisipasi pemerintah Indonesia dalam menghadapi
kemungkinan perobahan yang cukup besar di sektor maritim ini……mari kita dukung duta-duta
bangsa kita yang nanti ikut sidang MSC di IMO.
Bersama bapak DirjenHubla Capt. Bobby R. Mamahit |
![]() |
Di ruang ini symposium dilaksanakan |
Menghadiri wisuda di WMU Malmo, Swedia |
Subscribe to:
Posts (Atom)