Besok, hari Selasa tanggal 25 Juni 2013 adalah ‘Day of Seafarers’ atau Hari Pelaut (Sedunia)…… Ini adalah tahun ke 3 diperingati setelah ditetapkannya hari pelaut sedunia tanggal 25 Juni pada konferensi diplomatic negara pihak STCW di Manila pada tahun 2010 lalu. Pada tahun ini, tema yang diambil adalah “Faces of the Sea”. Sebelum saya menulis ini, saya berfikir keras, apa ya yang dimaksud dengan tema tersebut? Tidak ketemu. Secara ‘leterlux’ kalau di bahasa Indonesia kan mungkin berarti “wajah-wajah laut” atau ‘menatap lautan’?. Tapi kok tidakmemiliki arti yang bermakna ya?
Setelah
saya membuka web-site nya IMO, saya mulai faham apa yang dimaksud. Ditulis,
bahwa para pelaut adalah pahlawan tanpa tanda jasa (unsung heroes). Lengkapnya lihat di:
Para
pelaut lah yang membawa kapal-kapal laut dari pelabuhan satu ke pelabuhan lain,
dimana 90% transportasi barang di dunia ini diangkut melalui lautan. Sebutan
pahlawan tanda jasa itu berlebihan ga ya? Karena ini berlawanan dari pendapat
masyarakat awam pada umumnya. Jarang orang awam memahami kerja pelaut itu
seperti apa. Yang orang awam tahu, bahwa pelaut itu keliling dunia, gajinya
besar………Di beberapa negara, termasuk Indonesia, malah ada sebagian masyarakat
yang ‘masih’ berfikir bahwa pelaut itu pekerjaan yang tidak baik karena
istrinya banyak, atau suka main perempuan dan suka mabok2an.
Bagi
mereka yang bekerja di sektor maritim sangat familiar sekali dengan kerja
pelaut. Terutama perusahaan pelayaran. Tapi apakah mereka memikirkan pelaut
baik dari gaji dan kesejahteraan keluarganya? Masa depannya? Padahal pelaut
adalah asset yang sangat berharga dari sebuah perusahaan pelayaran. Seperti
saya kutip dari pidatonya Sekjen IMO Mr. Sekimizu sbb:
For shipping companies, seafarers are the embodiment
of their business and they are a critical asset.
People within the maritime sector are familiar with
the role of the seafarer. However, even they may not be completely aware of the
sheer scale of effort that seafarers expend, and the physical and psychological
challenges that they face. It is our responsibility, as those that are working
within this sector and close to the seafaring community, to lead the efforts to
highlight seafarers’ importance and to thank them for what they do.
Pada
akhir sambutannya, Sekjen IMO mengingatkan bahwa dalam bisnis perkapalan,
pelaut berada di ‘garis depan’, sehingga 90% barang dapat diantar keberbagai
negara. Oleh karena itu, dengan memperingati Hari Pelaut ini, adalah merupakan
upaya memberitahukan kepada masyarakat luas diseluruh dunia, betapa penting
peran pelaut dalam ekonomi global. Betapa besar usaha dan pengorbanan yang mereka lakukan,
walaupun harus kesepian dan jauh dari keluarga dalam waktu yang cukup lama.
Berikut adalah bagian akhir sambutan Sekjen IMO yang saya maksud:
Seafarers operate on the ‘front line’ of the
shipping industry, and this year’s campaign theme, Faces of the Sea, aims to
highlight the individuals that are often unseen, but who work to deliver more
than 90% of the world’s goods. We will ask the seafarers themselves to show us
snapshots of their daily life at sea, to give them a voice and share their
story on a global stage, via social media.
This year’s theme, Faces of the Sea, aims to ensure
that the efforts and sacrifices made by seafarers, often in lonely conditions,
are recognized by the general public.
Establishing seafarers in the forefront of global
awareness will take time and is a gradual process. But Day of the Seafarer aims
to do just this, and to continue the proactive steps that are being taken by
our progressive maritime partners to ensure that our seafarers receive the
thanks, recognition and working standards that they truly deserve.
Dari
sambutan Sekjen IMO tersebut terkesan ‘hanya’ dialamatkan pada pelaut kapal
niaga. Bagaimana dengan pelaut kapal perikanan atau nelayan? Barangkali teman2
dari kapal-kapal perikanan merasa ‘jelous’ ya?
Begini,
Hari Pelaut di deklarasikan bersamaan dengan di adopsi nya STCW 1978 saat
konferensi amandemen 2010 di Manila. STCW 1978 itu sendiri lebih ditujukan bagi
pelaut kapal niaga. Tentu saja kalau nanti STCW-F diberlakukan, Sekjen IMO dan
para delegasi yang hadir pada sidang-sidang IMO akan memikirkan bahwa Hari
Pelaut bukan hanya untuk pelaut kapal niaga tetapi juga untuk para nelayan,
karena usaha dan pengorbanan para nelayan tidak kalah beratnya dengan pelaut
kapal niaga……...di laut. Ini harus menjadi pemikiran di masa yang akan datang.
Mohon Ijin Capt. saya kemarin mendapat berita seperti ini, apa yang bisa Capt simpulkan Capt.. secara pelaut indonesia bisa bersaing dengan pelaut dunia Capt. terima kasih Capt..
ReplyDeletehttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/01/24/0819222/Pelaut.Indonesia.Terancam.Menganggur
Giant, silakan baca tulisan saya di blog ini ttg MLC 2006. Mudah2an bisa menjawab pertanyaan yg anda ajukan.
DeleteSebelum MLC 2006 diberlakukan, sy sdh memberi masukan kepada pejabat terkait. TtP mereka merasa lebih pintar dan berkuasa, sehingga proses ratifikasi MLC 2006 menjadi lambat.
Sy heran, akhirnya nanti toch hrs ratifikasi. Kenapa pemerintah kita selalu baru aksi kalo sdh di tekan.?